Senin, 05 Maret 2012

Motivasi

Dalam kehidupan kita ini pasti kita akan menghadapi masalah ataupun tantangan yang menghalang dalam kehidupan kita. Bagaimana kita berespon terhadap masalah dan tantangan itulah yang akan menentukan sukses dan gagalnya kita. Apakah respon Anda Tertekan Atau Tertantang?
Biasanya setiap orang selalu memilih respon antara tertekan atau tertantang saat menghadapi masalah maupun tantangan. Seorang yang pasti akan gagal adalah orang yang selalu saat masalah maupun tantangan datang akan menjadi tertekan.
Akibat dari tertekan ini, maka potensi yang seharusnya bisa kita keluarkan akan menjadi semakin kecil. Makin lama kita akan menjadi semakin lemah, tidak percaya diri, akhirnya kita enggan untuk melakukan apapun juga. Masih ingat dengan siklus kesuksesan yang pernah saya tulis di artikel Rahasia Optimalisasi Kesuksesan? Silahkan dibaca kalau Anda belum membacanya.
Kebalikannya seorang pemenang akan memiliki respon yang berbeda. Setiap masalah ataupun tantangan yang dihadapinya akan menjadikan dirinya sebagaitantangan untuk bergerak lebih maju. Alhasil, potensi – potensi yang belum dibangkitkan sebelumnya akan muncul. Dirinya pun akan menjadi semakin berdaya. Keyakinan dan kemampuan inilah yang akhirnya akan meningkatkan potensi dirinya hingga akhirnya masalah dan tantangan ini akan bisa diatasi.
Jadi, apa keputusan dan respon Anda saat menghadapi masalah dalam kehidupan ini? Apakah Anda memilih untuk Tertekan Atau Tertantang? Pilihannya ada di tangan Anda. Apa komentar Anda mengenai artikel ini?

Dikisahkan dalam sebuah perjalanan, seekor belalang bertemu dengan seekor anjing yang sombong. Anjing ini menyombongkan diri kepada belalang kecil dengan mengatakan bahwa tidak ada satupun binatang yang mampu mengalahkan lompatannya di wilayah ini.

Mendengar perkataan si anjing, panaslah hati si belalang kecil ini. Kemudian belalang kecil ini berani menantang si anjing
mengalahkan lompatan si anjing dengan syarat standar ukuran kemenangannya sesuai dengan standar yang ditetapkannya.

"Apakah kamu berani melayani tantangan saya ?", demikian kata si belalang. "Kita berlomba melompat di tempat setinggi-tingginya dan pemenangnya diukur bukan dari seberapa tinggi dia melompat, melainkan dinilai dari berapa kali tinggi lompatan yang dilakukan dibanding tinggi tubuhnya".

Anjing menerima tantangan belalang ini. Kemudian Anjing mendapatkan kesempatan mencoba melompat yang pertama. Hasilnya, ia ternyata berhasil melompat setinggi 2 meter atau sekitar sepuluh kali tinggi tubuhnya. Berikutnya giliran si belalang. Lompatan belalang hanya setinggi seperempat dari lompatan anjing, namun ketinggian lompatan tersebut ternyata setara dengan empat puluh kali tinggi tubuhnya.

Siapakah pemenangnya dalam perlombaan ini ?

Tentu saja pemenangnya adalah si belalang kecil. Ia mampu melompat setinggi 40 kali dari tinggi tubuhnya dibandingkan si anjing yang hanya 10 kali dari tinggi tubuhnya.

Pada dasarnya dalam kehidupan ini setiap orang bisa menjadi pemenang, kalau ukuran kemenangannya dinilai berdasarkan standar potensi yang dimilikinya. Kemenangan sejati sesungguhnya dinilai dari seberapa besar usaha yang telah kita lakukan berdasarkan potensi yang kita miliki untuk mencapai prestasi yang terbaik.

Demikian juga dalam pekerjaan, hidup dan bisnis, kita memiliki potensi masing-masing yang dapat ditingkatkan untuk mencapai prestasi kemenangan tertinggi sesuai standar yang kita tetapkan. Ukuran keberhasilan tidak selalu membandingkan dengan orang lain, melainkan dapat dinilai dari seberapa besar potensi yang telah kita miliki untuk mencapai prestasi terbaik kita. Maka membandingkan ukuran keberhasilan diri kita dengan pencapaian kesuksesan orang lain adalah TIDAK BIJAKSANA.

Kemenangan sejati sesungguhnya adalah bagaimana kita telah memberdayakan potensi kemampuan kita untuk meraih prestasi yang lebih baik dalam berbagai bidang kehidupan, seperti dalam kesehatan, kekayaan hati, kekayaan spiritual, kekayaan materi, keberhasilan prestasi kerja dan prestasi bisnis, dalam hal kemajuan dalam kehidupan keluarga, maupun memberikan konstribusi kebaikan bagi sesama dan kehidupan.

Kita kadang berpikir seandainya kita menjadi seseorang yang kita inginkan, betapa indahnya hidup ini. Kita ingin semuanya dapat tercapai secara instant. Tapi kita lupa, untuk berubah ke arah yang lebih baik dibutuhkanlah suatu PROSES.

PROSES yang merubah tidak hanya di permukaan saja, tetapi juga di dalam MENTAL kita. Mental yang harus teruji dengan apa yang disebut KEGAGALAN, PENOLAKAN, PERJUANGAN, dan KERJA KERAS.

Mari sambut Tantangan yang ada di dalam hidup kita, selesaikan dan terus maju ke depan. Saat kita berani terus tegar dalam kehidupan ini, mental kita akan semakin terasah, untuk menjadikan kita seorang manusia yang TANGGUH dan mempunyai mental seorang PEMENANG.

KITA HARUS BELAJAR BAGAIMANA HIDUP BAGAIKAN AIR YANG TENANG DAN INGATLAH UNTUK BERSYUKUR KARENA BERSYUKUR ADALAH ANUGERAH TERINDAH DALAM HIDUP KITA SEBAGAI MANUSIA"

Setiap kita pernah mengalami kekalahan dan kegagalan. Terkadang dirundung duka luar biasa, atau terkadang mampu kita hadapi dengan keteguhan hati bermental baja. Memang dunia adalah panggung kesuksesan dan kekalahan, jadi tidak ada yang luar biasa. Yang menakjubkan bagi seorang muslim adalah kemampuan menyikapi dan mengelola, baik itu kemenangan ataupun kekalahan. Itulah yang selalu ingin kita ciptakan dalam setiap detik kehidupan kita. Karena pada dasarnya setiap hari ada kemenangan dan kekalahan. Ada kesuksesan dan kegagalan.

Yang perlu diyakini adalah, bahwa setiap kekalahan yang dikelola dengan baik justru akan mengantarkan pada kemenangan-kemenangan berikutnya. Setiap kekalahan yang disikapi dengan baik akan menguatkan tekad dalam dada untuk melibas hambatan-hambatan berikutnya. Bahkan lebih jauh lagi, hanya mereka yang pernah merasakan kegagalan atau kekalahan lah, yang paling berhak merebut kesuksesan dan kemenangan berikutnya.

Adalah Rasulullah SAW memberikan contoh bagaimana kekalahan di medan Uhud tidak membuat jatuh terpuruk dalam kesedihan. Keesokan harinya, dengan sisa pasukan yang tersisa, yang sebagian masih belum kering luka-lukanya, bersiap dan bertekad penuh untuk merebut kembali kemenangan yang tertunda. Yang unik disini adalah, saat sebagian kaum muslimin lainnya yang tidak ikut peperangan pada hari sebelumnya- menuntut ikut turut serta, Rasulullah SAW dengan tegas melarang mereka. Tidak ada yang boleh ikut berangkat kembali, kecuali mereka yang telah merasakan kekalahan pada hari sebelumnya. Sungguh pesan yang sangat dasyhat, menegaskan lagi bahwa hanya mereka yang pernah mengalami kekalahan, pernah merasakan luka-luka kesedihan, mereka lah yang paling berhak untuk merebut kemenangan-kemenangan berikutnya.
Berkah di Musim Penghujan
Berkah di Musim Penghujan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj25QQAVrDnXa4zPQhEJc9u3mKbUzrue5tESohE-T2gZ4iSh6JJSm9XVpW7xG2vQ7wirVvRwh8-z9eakpvUkVZb6oeH6AI7GkXK540kN5h6GCF-H4cuwNc_s5S8Pr5sv6mxjSojeKOwsWW_/s200/hujanlagi.gifMusim penghujan telah tiba menyapa kita. Ada rasa gembira, juga terkadang muncul rasa was-was, mengingat ancaman bencana banjir setiap saat bisa melanda. Bagi kita kaum muslimin, musim penghujan harus menjadi momentum meningkatkan keimananan, sekaligus mengoptimalkan pahala dengan beribadah di dalamnya.  Yang pertama, adalah mensyukuri sepenuh hati turunnya hujan sebagai anugerah dari Allah SWT dan tanda-tanda kekuasaan-Nya. Firman Allah SWT :  “dan di antara tanda-tanda-Nya (ialah) bahwa kau Lihat bumi kering dan gersang, Maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur “ (QS Fushilat 39).

Kita tinggal di bumi Indonesia yang beriklim tropis, seharusnya merasa bersyukur karena mendapatkan limpahan hujan yang lebih banyak. Di belahan bumi yang lain, negara Sudan misalnya, hujan dalam setahun hanya turun beberapa kali pada bulan Agustus saja. Kita juga menghayati bagaimana dengan air hujan yang menyirami bumi itu, hari ini kita dapat menikmati dan mengkonsumsi aneka ragam makanan yang lezat bergizi. Karena itu semualah rasa syukur di musim hujan haruslah dipanjatkan. Imam Nawawi dalam kitab Al Adzkar menyebutkan : “Dianjurkan untuk bersyukur kepada Allah atas curahan nikmat ini, yaitu nikmat diturunkannya hujan”

Yang kedua, Selain meningkatkan keimanan dan rasa syukur, musim hujan hendaknya menjadikan momentum bagi kita untuk lebih mengkhusyukkan hati, takut dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.  Tidak selayaknya kita bertakabbur apalagi bermaksiat, sementara dihadapan kita hujan turun sebagai bukti keagungan Allah SWT. Rasa was-was dan gelisah saat hujan akan turun, juga ditampakkan oleh Rasulullah SAW sang tauladan. Ketika ibunda Aisyah terheran mengapa wajah beliau yang mulia begitu muram saat melihat awan mendung berarak mendekat, maka beliaupun menjelaskan : “Wahai Aisyah tidak ada yang memberi keamanan aku akan datangnya adzab  yang telah mengadzab suatu kaum dengan angin (kencang), padahal kaum tersebut melihat adzab itu lalu mereka mengatakan: 'Ini hanya mendung yang akan menurunkan hujan kepada kami’-QS. Al Ahqaf 24- (HR. Bukari dan Muslim).

Turunnya hujan yang lebat seharusnya mampu menghancurkan kesombongan dalam diri manusia, untuk diganti dengan rasa takut penuh pengharapan hanya kepada Allah SWT. Kita pun diajarkan saat hujan turun dengan lebat, untuk meminta keselamatan dengan berdoa : “Ya Allah turunkanlah hujan di daerah sekitar kami, bukan di daerah kami. Turunkanlah hujan di perbukitan, pegunungan, di lembah-lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan” (HR Bukhori Muslim)

Yang ketiga, musim penghujan membuka peluang pahala dengan mengoptimalkan beberapa ragam ibadah dan anjuran di dalamnya. Hal sederhana yang bisa dilakukan adalah memperbanyak doa saat turun hujan, yang termasuk dalam kategori waktu yang mudah dikabulkannya doa-doa kita.  Rasulullah SAW menganjurkan hal ini dengan jelas  dalam sabdanya : “Bergegaslah berdo’a di waktu-waktu yang mustajab, yaitu ketika bertemunya dua pasukan di medan pertempuran, ketika shalat hendak dilaksanakan, dan turunnya hujan”. (HR Baihaqi). Selain memperbanyak doa, dianjurkan pula mencari keberkahan dari air hujan yang baru turun sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW dalam riwayat yang shohih, dan begitu pula dengan menggunakan air hujan untuk berwudhu. Rasulullah SAW memberi alasan mengapa beliau bersemangat merasakan berkah air hujan dengan mengatakan : “ karena ia (air hujan) baru saja tercipta dari sisi Tuhan-nya” (HR Muslim).

Selain itu semua, setiap ibadah yang kita rasakan berat menjalaninya -khususnya dalam musim hujan ini- namun tetap kita tunaikan, insya Allah bernilai pahala yang lebih dan berlipat-libat. Dalam riwayat Muslim Rasulullah SAW pernah mengajarkan pada para sahabat, amalan-amalan yang membuat derajat kita meningkat serta terhapus dosa-dosa, diantara amal tersebut adalah : menyempurnakan wudhu di saat yang berat atau dingin luar biasa. Akhirnya, Semoga kita semua mampu mewujudkan musim penghujan yang penuh keberkahan. Wallahu a’lam
Rasulullah SAW memberikan pengandaian yang sungguh indah tentang kesatuan kaum muslimin. Beliau bersabda : "Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta, simpati dan kasih sayang mereka seperti satu tubuh, jika salah satu dari organ tubuh ada yang sakit, seluruh tubuh mengeluh panas dan tidak bisa tidur karenanya. “ (HR Bukhori Muslim). Gambaran ukhuwah yang diliputi solidaritas dan semangat kebersamaan. Namun dalam perjalanan kehidupan, di tengah kehidupan bermasyarakat, atau berorganisasi pastilah muncul riak-riak yang mengganggu ukhuwah pada satu sisi, dan pada sisi yang lain sebenarnya menguji ukhuwah itu sendiri.

Betapa banyak bisnis bangkrut karena tak pandai merawat ukhuwah, partai tercerai berai karena semangat ukhuwah tertinggal saat musyawarah nasional, atau juga kelompok dakwah saling tunjuk hidung dan mencemooh karena tak lagi menghayati ukhuwah. Dan jika hal itu kemudian merambat menular ke sebuah organisasi dakwah, lengkap sudah segala kegelisahan yang melanda kita di kehidupan dunia ini.

Dalam sebuah organisasi dakwah, ukhuwah menjadi kekuatan kedua setelah keimanan. Disitulah seluruh energi keimanan bertaut dan bergerak dan menimbulkan kekuatan kebaikan yang luar biasa.  Sebaliknya, ukhuwah yang kurang optimal dalam implementasi, selalu melahirkan kelemahan berantai, merambah dan menular ke yang lainnya. Allah SWT telah mengingatkan dengan jelas dalam firman-Nya : " dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS al Anfaal 46)

Tahapan ukhuwah sebagaimana disebutkan para ulama, yang paling tinggi adalah itsar ( mendahulukan orang lain dari diri sendiri), sementara yang paling rendah adalah salamatus shodr (lapang dada) kepada saudara. Lapang dada ini adalah modal awal bertautnya ukhuwah, dan itu tidak mungkin terpenuhi tanpa kita menghilangkan segala benih prasangka dan buruk sangka kepada saudara kita. Larangan buruk sangka begitu jelas termaktub dalam Al-Quran : "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa" (QS Al Hujurot 12). Semoga kita mampu menjauhinya.

3 komentar:

WAHYU & FAMILY mengatakan...

siiiip.... jadikan awal menuju masa depan dengan penuh semangat dan tawakal

Unknown mengatakan...

Dapet pencerahan dan motivasi disini...perdana sekalian followed...happy blogging!

Thariq Akbar mengatakan...

Terima Kasih Untuk Semuanya...
Kunjungi Terus Blogku Ya...

Posting Komentar

Silahkan komentar di sini. terima kasih